Akhirnya setelah sekian lama menanti, Pemerintah Kota Sawahlunto bersama Dirjen Perhubungan dan PT KAI kembali mengaktifkan layanan Kereta Wisata "Mak Itam" yang sempat lama hiatus sejak 2012 silam.
Saya dan istri sangat excited dengan keberadaan kereta uap ini, langsung kami mencari informasi seputar reservasi tiket. Beruntung kami mendapatkan jadwal pastinya yang sekarang setiap hari minggu kereta uap Mak Itam ini dioperasikan melayani rute Sawahlunto - Muaro Kalaban PP.
Harga tiketnya Rp 54.000 per orang untuk sekali jalan, itu sudah termasuk tiket kunjungan Museum Kereta Api Sawahlunto, disana kita akan disuguhkan seputar sejarah dan perkembangan Kereta Api di Indonesia. Serta beberapa benda - benda kuno yang dahulu sempat digunakan untuk menunjang operasional perkeretaapian.
Berikut sedikit sejarah mengenai Mak Itam:
Pemerintah Hindia Belanda tahun 1894 melalui perusahaan kereta api Staats Spoorweg ter Sumatra’s Westkust (SSS) selesai membangun jalur kereta api yang menghubungkan pelabuhan Teluk Bayur – Padang – Padang Panjang – Muaro Kalaban – Sawahlunto dengan panjang lintasan sejauh 155,5 km.
Namun dengan topografi Sumatra Barat yang berbukit dan banyak pegunungan, maka jalur kereta api di beberapa lokasi seperti lintas Kayu Tanam – Padang Panjang – Batu Taba, harus menggunakan rel bergerigi. yang berfungsi untuk membantu lokomotif untuk menanjak dengan gradien kecuraman 8 persen.
Akhirnya SSS mendatangkan Lokomotif uap E10 langsung dari Eropa. Lokomotif uap E10 ini spesial karena dilengkapi roda gigi yang berfungsi untuk mengait rel bergerigi yang ada dibawahnya, membantu lokomotif ini melintasi tanjakan dengan lebih mudah. Awalnya lokomotif ini didatangkan sebanyak 22 buah mulai tahun 1921, kemudian tahun 1926 dan 1928 dari pabrik Esslingen (Jerman) dan SLM (Swiss).
Lokomotif uap E10 ini mampu menarik rangkaian kereta barang batubara dengan berat muatan hingga 130 ton. Dan dari mesin uapnya Lokomotif ini mampu menghasilkan daya sebesar 750 HP (horse power), berat 55 ton dan dapat melaju hingga kecepatan operasional 25 km/jam.
Namun sayang dari total 39 lokomotif E10 yang pernah ada di Indonesia, kini hanya tersisa 2 unit saja yang dalam kondisi utuh. Lokomotif Mak Itam ini sempat dibawa ke Ambarawa, Jawa Tengah untuk dipreservasi dan melayani kereta wisata disana, hingga akhirnya dikirim kembali pulang ke asalnya di Ranah Minang, Kota Sawahlunto.
Selain E10 60 "Mak Itam" ini ada juga saudara tuanya yaitu E10 16 yang kini dipajang dalam Museum Transportasi TMII. Oya, di Stasiun Sawahlunto ini juga ada lokomotif antik lainnya, yaitu BB 303 78 04 yang merupakan salah satu lokomotif dengan livery Vintage PJKA.
Bagaimana impresi perjalanan kami dengan lokomotif "Mak Itam" yang penuh sejarah ini? mari simak videonya.
Ещё видео!