Seni bordir di Tasikmalaya sudah lama dikenal, baik di lingkup nasional maupun mancanegara. Bordir sendiri memiliki sejarah yang sangat panjang yaitu sejak zaman Byzantium sekitar 330 M. Di sana awalnya para pembuat hiasan bordir merajut sendiri secara manual menggunakan tangan. Seiring perkembangan industri, kemudian muncul berbagai alat yang digunakan untuk mempermudah proses membordir yang berupa mesin jahit berpenggerak pijakan kaki.
Kemunculan kerajinan bordir di Tasikmalaya tidak lepas dari peran perusahaan Amerika bernama Singer yang memberdayakan penduduk lokal sebagai karyawannya. Salah seorang di antaranya adalah HJ. Umayah, seorang warga Tasikmalaya. Ketika tidak bekerja lagi di Singer dia merintis usaha bordir sendiri. Lambat laun, usaha Hj. Umayah mulai mengalami perkembangan pesar dan signifikan. Bordir pun mulai bermunculan dan menyebar ke hampir seluruh wilayah Tasikmalaya.
Proses Pembuatan Bordir
Saat ini proses pembuatan bordir tidak lagi menggunakan peralatan tradisional. Tuntutan pasar yang semakin luas membuat perajin harus beradaptasi dengan peralatan modern yang telah terkomputerisasi.
Proses pembuatan bordir memakai peralatan modern secara umum sama dengan menggunakan alat bordir tradisional. Ada beberapa tahap dalam pembuatan sehelai kain bordir. Tahap awal, menggambar model atau desain motif yang bergantung pesanan atau kreativitas si pembordir. Desain motif bordir dilakukan dengan menggambar sketsa hitam putih menggunakan media kertas. Setelah terbentuk, kertas bergambar tadi diserahkan pada Tukang Pancing guna dialihmediakan menjadi digital.
Melalui komputer, Tukang Pancing menggambar ulang motif (film punching) tadi dengan program khusus (software) wilcom embrioidery studio e2, sebuah aplikasi perangkat lunak multi decoration khusus untuk desain bordir yang menggabungkan aplikasi wilcom dan corel draw x5.
Mengenai ide penciptaan desain bordir, dapat dikelompokkan menjadi beberapa motif, yaitu: motif naturalis dan geomteris. Motif naturalis terdiri atas flora (daun, batang, rumput, buah-buahan, pohon), fauna (burung merak, kupu-kupu, burung gereja, ayam), pemandangan, awan, bintang, dan bulan; motif geometris didominasi oleh bentuk-bentuk yang dapat diukur dan simetris seperti lingkaran dan persegi; motif dekoratif; motif benda (logo institusi atau komunitas); motif kaligrafi, dan motif abstrak.
Beragam motif tadi selalu digabungkan dengan pola hias tertentu, seperti: pola pinggiran, pola mengisi bidang, pola berangkai, pola tabur, dan pola bebas. Adapun warnanya merupakan kombinasi warna monokromatik dan polikromatik. Pilihan warna sesuai dengan selera desainer atau permintaan konsumen yang kebanyakan senanda dengan kain yang akan dibordir.
Setelah gambar acuan motif berbentuk file format jpg, png, atau bmp yang telah disimpan dalam flashdisk jadi, kemudian dimasukkan ke mesin bordir komputer. Di dalam gambar acuan motif telah diprogram sedemikian rupa sebagai perintah bagi mesin bordir, meliputi: jenis tutupan, objek jahitan, jalan benang, titik awal-akhir, dan lain sebagainya.
Ketika flashdisk terpasang, operator tinggal memberi perintah pada mesin agar bekerja mengikuti motif yang telah dibuat dalam jumlah tertentu. Mesin akan merespon dengan membuat jahitan sesuai dengan motif yang diinginkan pada bentangan kain sepanjang 6 meter. Setiap setengah meter ada sebuah mesin bordir, sehingga motif akan terbentuk sejumlah 12 buah untuk sekali membordir. Operator hanya bertugas mengawasi jalannya mesin, mengganti benang yang habis, atau menyambungkan benang putus.
Apabila motif selesai dibuat, maka kain bordir selanjutkan diserahkan pada tukang soder untuk dipotong dan dibuat kerancang menggunakan solder. Motif yang telah disoder selanjutkan dibawa ke tukang jahit guna ditempelkan pada bahan jadi, seperti: mukena, baju gamis, baju koko, kerudung, peci, blouse, selendang, taplak meja, renda, kebaya, tunik, sprei, sarung bantal, hiasan dinding, busaha sehari-hari, hingga kain penutup keranda.
Dan, tahap terakhir dalam proses pembuatan bordir adalah pengemasan. Apabila bordir diperuntukkan bagi perseorangan, maka ketika selesai akan digantung di hanger dan diletakkan dalam lemari. Ia baru dikeluarkan ketika sang pemesan datang mengambilnya atau dibungkus dan dikirim ke tempat tujuan pemesan. Sedangkan apabila pesanan dalam partai banyak, hasil bordir dilipat, ditumpuk, dan diikat dengan rafia untuk selanjutnya dimasukkan dalam karung dan dikirim ke tempat pemesan.
Pemesan bordir Tasikmalaya sebagian besar berasal dari Kota Bandung dan Jakarta. Di Bandung berpusat di Pasar Baru sementara untuk daerah Jakarta di Pasar Tanah Abang. Dari kedua tempat ini, barulah bordir dikirim lagi ke berbagai daerah di Indonesia hingga ke mancanegara.
Ещё видео!