KOMPAS.TV - Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua bisa tumbuh 7,1% sampai 8,3%, setelah di kuartal pertama pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat negatif 0,74%.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan pemulihan ekonomi konsisten terlihat.
Sejumlah data perbaikan domestik seperti kenaikan konsumsi rumah tangga, mulai dari data peningkatan penjualan retail sampai kendaraan, termasuk dari sisi eksternal seperti pemulihan perdagangan internasional yang ikut mendorong ekspor Indonesia.
Menkeu menekankan penanggulangan pandemi menjadi jaminan arah perbaikan ekonomi berlanjut sampai bulan Mei.
Pemerintah memperkirakan di kuartal dua, konsumsi rumah tangga tumbuh 6-6,8%, konsumsi pemerintah 8,1-9,7%, investasi dan ekspor impor diperkirakan tumbuh double digit.
Cukup optimistis. Namun, dilihat dari kinerja kuartal satu, beberapa sektor usaha masih harus mendaki tebing terjal untuk bangkit dari pandemi.
Berikut adalah 3 sektor usaha yang mencatatkan kontraksi tertinggi sepanjang januari hingga Maret 2021.
Terparah adalah sektor transportasi dan pergudangan, pertumbuhannya masih minus 13,12%.
Dibuntuti oleh akomodasi dan makan minum serta jasa perusahaan.
Penyebabnya, tidak terlepas dari mobilitas yang terbatas akibat pandemi.
Akibatnya, daerah-daerah yang banyak menggantungkan pada tiga sektor usaha ini, pemulihan ekonominya pun berjalan lambat.
Misalnya, Bali dan Nusa Tenggara yang kuat akan sektor pariwisatanya.
Mereka mengalami kontraksi ekonomi terdalam pada triwulan pertama tahun ini, yakni 5,16%. Ekonomi Bali sendiri masih minus 9,85%.
Namun, perlu dicatat kontribusi ekonomi kedua wilayah ini paling lebih kecil dibanding lainnya, yakni 2,75%.
Ещё видео!