23 Nama Raja Raja Bali Kuno Sebelum #majapahit Menurut Prasasti Part #1
Raja-raja Bali Kuno, seperti Udayana, Jaya Pangus, dan Astasura Ratnabumibanten, diketahui dari prasasti-prasasti yang ditemukan di Bali.
Salah satu prasasti berangka tahun 875 Saka atau tahun 953 masehi berbahasa Sansekerta menyebut nama "Sri Walipuram" yang mengandung arti, bahwa Bali merupakan suatu kerajaan. Selain itu juga, ada beberapa prasasti yang menyebut kata baladwipamandala, misalnya Prasasti Klandis menyebutkan;
“… ring maniratna singhasana siniwi sabalidwipamandala…” artinya: “… (sang raja) yang duduk di atas singgasana bertahtakan emas-permata dipuja oleh seluruh rakyat di wilayah Pulau Bali…”
Selanjutnya dalam Prasasti Dausa Indrakila A II (983 Saka atau 1061 Masehi) menyebutkan:
“… nityasa kuminking sakaparipunnakna nikang balipamandala…” artinya: “… (raja) senantiasa memikirkan kesejahteraan rakyat di seluruh wilayah Pulau Bali…”.
Selain ungkapan tersebut, dalam Prasasti Cempaga A yang berangka tahun 1103 Saka/1181 M, Bali disebut dengan istilah “bali dwipanagara” yang dapat diartikan Bali merupakan suatu Negara.
Raja-raja Bali sebelum penyerangan Majapahit yang datanya didapat berdasarkan prasasti.
Wangsa Warmadewa
Sri Kesari Warmadewa (ca. 913-914 M), disebutkan dalam prasasti Blanjong (835 Saka), prasasti Panempahan dan prasasti Malet Gede (835 Saka)
Sri Ugrasena (ca. 915-942 M). Raja Ugrasena mengeluarkan prasasti-prasastinya tahun 837-864 Saka (915-942 M). Sedikitnya ada sembilan buah prasasti yang dikeluarkan, dan semuanya berbahasa Bali Kuno. Prasasti-prasasti yang dimaksud adalah prasasti Srokadan (837 Saka), Babahan I (839 Saka), Sembiran AI (844 Saka), Pengotan AI (846 Saka), Batunya AI (855 Saka), Dausa, Pura Bukit Indrakila AI (857 Saka), Serai AI (858 Saka), Dausa, Pura Bukit Indrakila BI (864 Saka), Gobleg, Pura Batur A.
Sang Ratu Sri Haji Tabanendra Warmadewa (ca. 955-967 M) memerintah bersama dengan permaisurinya yaitu Sri Subhadrika Dharmmadewi pada kurun waktu 877-889 Saka (955-977 M). Sedikitnya ada 4 prasasti yang memuat nama raja suami-istri tersebut, yakni prasasti Manik Liu AI (877 Saka), Manik Liu BI (877 Saka), Manik Liu C (877 Saka), Kintamani A (889 Saka)
Indrajayasingha Warmadewa disebut juga Candrabhaya Singha Warmadewa (penguasa bersama, Saka 878-896/ca. 956-974 M), pendiri Tirta Empul dan berdasarkan prasasti Manukaya (882 Saka)
Janasadhu Warmadewa (ca. 975 M), satu-satunya prasasti atas nama raja tersebut adalah prasasti Sembiran AII (897 Saka).[4]
Sri Wijaya Mahadewi (ratu, ca. 983 M), Satu-satunya prasasti menyebut nama raja ini adalah prasasti Gobleg, Pura Desa II (905 Saka)
Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni (ratu, sebelum 989-1007 M).[a] Memerintah bersama Dharma Udayana Warmadewa (ca. 989-1011 M) [suami Gunapriya] Raja suami-istri itu termuat dalam beberapa prasasti, yakni Prasasti Bebetin A I (911 Saka), Serai AII (915 Saka), Buwahan A (916 Saka), Sading A (923 Saka). Dalam prasasti, nama Gunapriyadharmapatni lebih dahulu disebutkan daripada Udayana. Pada tahun 933 Saka, terbit sebuah prasasti atas nama raja Udayana sendiri, tanpa permaisurinya, yakni Prasasti Batur, Pura Abang A (933 Saka).
Sri Ajñadewi atau Sakari Adnya Dewi (ratu, ca. 1011-1016 M) yang mengeluarkan prasasti Sembiran AIII (938 Saka)
Airlangga (c. 1019-1042; Raja Medang Kahuripan) [kakak Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu]
Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja atau Marakata Pangkaja Sthana Tunggadewa atau Paduka Haji Sri Dharmawangsawardhana Marakatapangkajasthanottunggadewa(ca. 1016-1025 M) [anak Dharma Udayana] yang mengeluarkan prasasti-prasasti antara lain Prasasti Batuan (944 Saka), Prasasti Sawan AI (945 Saka), Tengkulak A (945 Saka), Buwahan B (947 Saka).
Anak Wungsu (ca. 971-999 Saka, 1025-1077 M) [adik Airlangga dan Marakata Pangkaja] Raja yang memerintah terlama diantara raja-raja pada jaman Bali Kuno. Ada 31 prasasti dikeluarkannya atau yang dapat diidentifikasikan sebagai prasasti-prasasti yang terbit pada masa pemerintahannya.
Sri Maharaja Walaprabhu (antara 1001-1010 Saka, 1079–1088 M) mengeluarkan tiga buah prasasti yaitu Prasasti Babahan II, prasasti Ababi A, prasasti Klandis.
Sri Maharaja Sakalendukirana Laksmidhara Wijayottunggadewi atau Paduka Sri Maharaja Sri Sakalendukirana Isana Gunadharmma Lakumidhara Wijayatunggadewi (ratu, ca. 1088-1101 M) Gelar ini terbaca dalam prasasti Pengotan BI (1010 Saka) dan Pengotan BII (1023 Saka).
Sri Maharaja Sri Suradhipa (ca. 1115-1119) mengeluarkan prasasti-prasasti Gobleg, Pura Desa III (1037 Saka), Angsari B (1041 Saka), Ababi, dan Tengkulak D.
#RajaBali #Bali #sejarah #sejarahbali #kerajaanBali #BaliKuno #Kuno #RajaBaliKuno #KerajaanBaliKuno #balikuna #kuna #kerajaanbalikuna #gajahmada
Join this channel to get access to perks:
[ Ссылка ]
Join this channel to get access to perks:
[ Ссылка ]
Ещё видео!