#jembatanmerah#brugabang#misteri
Brug Abang atau Jembatan Merah yang membelah Sungai Gung di Desa Pesayangan yang merupakan saksi bisu Peristiwa Tiga Daerah atau biasa disebut dengan Pemberontakan Kutil pada bulan November 1945 yang dipelopori oleh Partosuktino yang menghasut Sakyani (Kutil) seorang tukang cukur karena dendam kepada para pamong praja dan kepolisian negara bekas pemerintahan penjajahan negara Jepang [1]. Jembatan ini tdaik bercat warna merah, namun karena sejarahnya yang kelam, jembatan ini dinamakan Brug Abang.
Tidak ada yang istimewa dengan jembatan ini namun yang membuatnya istimewa adalah dahulu di jembatan ini dijadikan tempat eksekusi para pamong praja dan orang-orang yang dianggap menentang. Dengan tetabuhan khas “tombreng-tombreng”, para korban diarak oleh warga menuju ke jembatan tersebut. Darah para korban pembantaian mengalir ke sungai sehingga sungai menjadi berwarna merah, sehingga jembatan itu sekarang disebut Brug Abang.
Di bawah Brug Abang, terdapat tempat Bendung Pesayangan yang dibangun pada tahun 1918 – 1921. Cukup tua memang, namun hingga sekarang masih berfungsi dengan baik. Kita pun masih bisa melihat kemudi besar untuk membuka pintu air. Sebagai informasi, Bendung Pesayangan ini berguna untuk membendung Sungai Gung yang berhulu dari Gunung Slamet.
Di areal sekitar ini biasa dijadikan tempat kumpul warga sekitar, selain suasananya sejuk juga di sekitaran kawasan ini banyak sekali penjaja makanan di samping kanan dan kiri jalan. Terlebih jika hari menjelang senja.
Sekarang ini Brug Abang masih difungsikan oleh warga, namun kendaraan besar seperti mobil dan sebagainya dilarang melintas. Karena bangunan ini bersejarah dan berusia tua, maka dibangunlah jembatan lagi tepat di sebelah selatan Brug Abang ini.
Jangan lupa mampir di channel RUQYAH TEGAL: [ Ссылка ]
Ещё видео!