Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUN-VIDEO.COM- Namanya Sogol, atau kerap dipanggil Mbah Sogol.
Pria 78 tahun ini tinggal di Kampung Butuh RT 3 RW 3, Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.
Di usianya yang sudah uzur, ia masih semangat mendorong gerobak martabak hijaunya menyusuri temaram Kota Solo.
Wajahnya penuh kerut, rambutnya telah memutih, dan jalannya sudah tak lagi cepat.
Tapi, daya ingatnya masih cukup baik untuk orang di usianya.
Ia juga masih tangkas ketika berbicara.
Sogol bercerita pasar malam di Taman Sriwedari menjadi awal dirinya berkenalan dengan martabak.
Bekerja dengan seorang bakul martabak keturunan Arab menjadi satu jalan yang ditempuhnya guna mengasah kemampuan membuat martabak.
Martabak bikinannya tak segembung martabak kebanyakan, kulitnya digorengnya sampai kering.
"Saya mulanya jualan martabak ikut orang pedagang Arab, saat itu kurang lebih umur saya 20 tahun," kata Sogol kepada TribunSolo.com, Minggu (2/8/2020).
Awalnya, ia hanya membantu saat pemilik warung membuka lapak di pasar malam Sriwedari.
Itupun uang yang diterimanya belum tentu membuat dompetnya menggemuk.
"Sehari dapat berapa ya tidak tentu, tergantung pemiliknya, kadang ada yang kejam, kadang ada yang baik," ujar Sogol.
Tahun 1966, Sogol kemudian memutuskan membuka warung martabaknya sendiri.
Bermodalkan uang yang dikumpulkan selama bekerja berjualan martabak bersama orang.
"Setelah modal terkumpul, saya coba beli alat-alat jualan yang sederhana dan setelah komplet, saya jualan sendiri," tutur dia.
"Kalau awal itu untuk beli alat-alat dan sebagainya itu diumpamakan kalau sekarang sekitar Rp 2,5 juta," akunya.
Gerobak menjadi satu alat yang dibelinya waktu itu dan kini telah ganti sebanyak lebih dari sekali.
"Ini sudah tiga kali ganti sejak awal saya jualan mandiri," kata Sogol.
Sogol mulai mendorong gerobangnya dari rumah kontrakannya berukuran kurang lebih 4 x 5 meter persegi dari pukul 17.30 WIB.
Rute yang dilalui, aku Sogol, dari awal jualan mandiri sampai sekarang masih sama.
"Kelilingnya itu dari Pasar Tanggul terus belok kanan kemudian ke kiri arah Nglipakan kemudian sampai Wonosaren," kata Sogol.
"Kemudian melewati Ledoksari sampai masuk ke Kepatihan lalu ke Margoyudan ke barat terus sampai ke Kepunton terus ke Widuran terus ke timur lagi sekalian pulang ke rumah," jelas dia.
Namun ia juga menyempatkan berhenti sejenak di depan SD Warga, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo.
"Saya pulang ke rumah itu pukul 21.30 WIB, habis tidak habis saya pulang," ucapnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Cerita Mbah Sogol, Penjual Martabak Keliling dari Solo : Usia 78, Tiap Hari Dorong Gerobak 5 Km, [ Ссылка ].
Penulis: Adi Surya Samodra
Editor: Aji Bramastra
Ещё видео!