JAKARTA, KOMPASTV - Stunting adalah masalah kurang gizi kronis, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Dampak dari terganggunya pertumbuhan anak, umumnya terlihat dari fisik yang kurang ideal.
Selain bentuk fisik, penderita stunting, juga rentaan terhadap penyakit, dan memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata rata.
Mengutip dari laman P2PTM kemenkes.go.id, tingkat prevelensi stunting Indonesia berdasarkan hasil pemantauan status gizi di tahun 2016, mencapai 27,5 persen.
Baca Juga Anggaran Intervensi Penurunan Stunting Kota Medan Lampaui Rp 214,87 M di [ Ссылка ]
Lalu pada tahun 2018, tingkat angka stunting naik mencapai 30,8 persen, dan kembali turun diangka 27,67 persen pada tahun 2019.
Masih tidak stabilnya pengendalian kasus stunting pada anak di Indonesia, memicu kekhawatiran bagi tumbuh kembang anak anak Indonesia.
Bahkan pada laman unicef.org, masalah stunting ditengarai akan meningkat tajam di masa pandemi Covid-19.
Lalu bagaimana cara menandakan anak-anak mengalami kekurangan gizi kronis atau sunting.
Mengutip dari laman kompas.com, terdapat dua dampak bila anak mengalami stunting, yaitu dampak jangka pendek, dan dampak jangka panjang.
Dilihat dari dampak jangka pendek, yang pertama adalah terganggunya pertumbuhan otak, kecerdasan berkurang.
Pertumbuhan fisik terganggu dan metabolisme dalam tubuh, mengalami gangguan.
Lalu dampak pada jangka panjang, yang pertama menurunnnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar.
Menurunnya kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit, dan berisiko terkena diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, bahkan disabilitas pada usia tua.
Artikel ini bisa dilihat di : [ Ссылка ]
Ещё видео!