Juz delapan yakni dari Q.S. Al An’am ayat 111 sampai Q.S. Al A’raf ayat 87, yang berbunyi “Sudilah kalian beri kami sedikit air atau makanan yang telah Allah rezekikan kepada kalian…!” teriakan yang menyayat hati dari penduduk neraka itu terdengar sampai ke surga. Tetapi ia tidak beroleh jawaban melainkan, “Sungguh Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.” Lantas putuslah harapan orang-orang yang terazab itu. Semakin dalamlah penyesalan mereka. Orang beriman yang dahulu mereka olok kini sedang menikmati janji Allah. Alangkah besar harapan warga neraka agar setidaknya sama keburukan dan kebaikan mereka seperti para penghuni A’raaf yang akhirnya pun dimasukkan ke surga. Sayangnya mereka dahulu kafir, maka tak ada harapan masuk surga bak mustahilnya unta masuk ke lubang jarum.
Demikian pulalah akhir kehidupan para musyrikin pesohor (akaabir) yang melakukan tipu daya di negerinya. “Takkan beriman kami, hingga kami pun mendapat wahyu,” seloroh mereka. Mereka tertipu Iblis beserta para setan manusia dan jin. Mereka enggan bertaubat dan justru makin pongah setelah jatuh dalam salah. Persis seperti Iblis yang menyalahkan Allah karena telah menyesatkannya, orang musyrikin pun gemar menyalahkan Allah dengan mengatakan: “Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak pula kami mengharamkan barang sesuatu apapun.” Berkebalikan 180 derajat dengan leluhur mereka, Nabi Adam ‘alaihissalam, yang dengan tawadhu’ segera mengakui kezaliman jiwa dan kerugian diri andai tak beroleh ampunan berselimut rahmat.
Adam memang telah bertaubat dan telah diampuni pula oleh Allah dengan doa yang melegenda itu. Tetapi permohonan Iblis untuk hidup lestari hingga hari kiamat pun telah dikabulkan Allah. la bersumpah di hadapan Allah, para malaikat, dan Nabi Adam, bahwa ia akan menyesatkan manusia. la akan goda anak cucu Nabi Adam dari segala arah. Iblis yang kelak dibantu para setan jin & manusia akan bahu membahu, bisik membisik, masuk dari pintu syubhat (kerancuan berpikir) dan dari sisi syahwat (hawa nafsu). Ia akan mendebat dengan zukhrufal qaul (argumentasi indah dan menipu) untuk mendebat logika beragama manusia. Ia akan menghiasi keburukan dan membuat jiwa manusia condong padanya. Ternyata berhasillah ia merayu banyak manusia untuk membuka aurat, sebagaimana Iblis dahulu berhasil merayu Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah terlarang hingga pakaian tersingkap. Para setan sukses menggoda mereka agar mengharamkan Bahirah,
Saibah, Washilah, dan Ham yang disebutkan di juz 7 sebelumnya untuk ditunggangi atau dikonsumsi dengan landasan keyakinan khurafat, melawan tujuan penciptaan Allah. Para setan juga berjaya mendorong mereka memberikan sesajian untuk berhala selain kepada Allah, tawaf mengelilingi Ka’bah tanpa busana, serta mengubur anak-anak perempuan.
Amat kontras kondisi mereka dengan keturunan Nabi Adam lainnya yang mengikuti tuntunan Al-Qur’an selaku pengingat (dzikra) penuh berkah. Mereka tidak menuruti setan jin & manusia yang terus menggoda dan mendebat demi kebatilan. Mereka begitu menjaga aurat. Menutupnya dengan pakaian takwa. Menghiasi diri mereka seindahnya kala mendatangi masjid. Mereka makan dan minum dengan tidak berlebihan.
Tidak mengharamkan apa yang Allah halalkan. Menunaikan zakat kala sawah dan kebun sedang musim panen. Mereka jauhi asusila, yang nampak dan yang tersembunyi. Mereka tinggalkan dosa besar kepada diri dan orang lain. Mereka pantang menyekutkan-Nya dalam ibadah apalagi berkata mengatasnamakan-Nya tanpa ilmu.
Di mana Allah mewasiatkan larangan berbuat kemusyrikan, perintah berbakti pada orangtua, larangan membunuh anak apalagi karena faktor ekonomi, larangan membunuh jiwa, larangan menyalahgunakan harta anak yatim, perintah menyempurnakan timbangan, berbuat adil. Kemudian Allah pungkas dengan perintah meniti jalan-Nya itu lurus dan larangan mengikuti jalan-jalan lain yang akan mencerai beraikan dari jalanNya. Sungguh jika seseorang menuruti kebanyakan manusia yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkannya dari jalan Allah.
Masing-masing golongan musyrikin dan kaum mukminin akan mendapatkan balasan dan tingkat kedudukan sesuai amal mereka. Namun, tidakkah kaum musyrikin yang penuh keraguan akan Al-Qur’an lagi tertipu dengan dunia segera bertaubat kepada Allah yang tak pernah lengah? Sebelum Dia memusnahkan para pendurhaka dan mengganti mereka dengan umat lain. Sebelum datangnya ajal yang sudah pasti waktunya, maka tidak bisa dipercepat maupun ditunda. Sebelum malaikat di neraka menyiksa mereka. Sebelum menyesal di akhirat seraya berteriak, “Adakah bagi kami pemberi syafa’at? Dapatkah kami dikembalikan ke dunia sehingga kami dapat memperbaiki amal kami?” Segeralah iringi kedurhakaan dengan kebaikan. Bukankah kebaikan akan dibalas 10 kali lipat sementara dosa hanya dicatat satu?
QURAN JUZ 8 FULL AHMAD AL SHALABI MUROTTAL ONLINE
Теги
juz 8 mishary rashidjuz 8 muzammil hasballahjuz 8 sudaisjuz 8 syekh ali jaberjuz 8 dan terjemahanjuz 8 saad al ghamdijuz 8 shuraimjuz 8 abdurrahman al ausyjuz 8 al quranjuz 8 ali jaberjuz 8 abdurrahman as sudaisjuz 8 al quran dan terjemahan indonesia (audio)juz 8 al arafjuz 8 abu usamahjuz 8 bacaan cepatjuz 8 bilal attakijuz 8 beserta artinyajuz 8 berapa ayatjuz 8 berapa halamanjuz 8 berapa lembarjuz 8 cepatmurottal cepat juz 8