TRIBUN-VIDEO.COM - Brigjen Mustafa Sjarief Soepardjo menjadi satu dari sejumlah tokoh yang ditangkap karena terlibat peristiwa G30S/PKI tahun 1965.
Brigjen Soepardjo merupakan gembong PKI yang terakhir ditangkap usai buron pasca-peristiwa G30S/PKI.
Hampir dua tahun menjadi buronan, Soepardjo akhirnya ditangkap pada 12 Januari 1967 di tempat persembunyianya di kawasan Halim Pedana Kusuma.
Setelah tertangkap, Soepardjo pun diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilhub) dan divonis hukuman mati.
Soeparjo akhirnya harus menemui ajalnya pada 18 Maret 1967 du tangan regu tembak.
Tiga hari sebelum dieksekui mati, Soepardjo mendapat kunjungan dari keluarganya untuk yang terakhir kalinya.
Dalam pertemuan perpisahan tersebut, Soepardjo memberikan kenang-kenangan kepada keluarganya berupa sepasang sepatu miliknya.
Tak hanya mewariskan sepatu, Soeparjo juga meninggalkan penderitaan untuk keluarganya karena ia terlibat dengan PKI.
Dikutip dari majalah Intisari edisi September 2004 dengan judul artikel “Jalan Damai Anak-Anak Korban Konflik 1965”, Sugiarto anak Brigjen Soeparjo memberikan kesaksian pilunya.
Pasca peristiwa G30S yang mengerikan, ejekan dan cemoohan adalah makanan sehari-hari bagi Sugiarto selama kurang lebih setahun.
Bahkan satu bekas luka di punggungnya menjadi kenang-kenangan yang tidak pernah dia lupakan, luka itu didapatnya saat melindungi sang adik dari amukan massa.
Dengan susah payah dia berhasil menyabet gelar dokter gigi. Ini terbentur Surat Keputusan (Instruksi) Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun (1981).
Bahkan peraturan ini masih berlaku sampai sekarang. Intinya peraturan itu melarang keluarga tahanan politik menjadi pegawai negeri.
Meski selalu dirundung intimidasi dan perlakuan buruk, Sugiarto tak mau neratapi nasibnya sebagai anak gembong PKI.
Sang ibu yakni Triswati menjadi sosok yang menguatkannya, ibunya selalu bersikap tabah menghadapi kenyataan ini.
Di mata Sugiarto, Triswati merupakan ibu yang hebat karena mampu merawat 12 anaknya seorang diri karena ditinggal Brigjen Soepardjo.
Meski menderita dengan penderitaan yang ditinggal ayahnya, Sugiarto tak pernah kecewa ataupun menyalahkan Brigjen Soepardjo.
Iya percaya ayahnya tak salah, hal itu dikuatkan dengan keterangan dari rekan ayahnya yakni Ibrahim Adjie, mantan Panglima Siliwangi.
Ibrahim Adjie adalah sosok pengganti ayah bagi keluarga Sugiarto, ia selalu menolong di saat kesulitan-kesulitan datang tiada henti.
Bahkan Ibrahim Adjie menikahkan salah seorang putranya dengan salah seorang putri Soepardjo.
Sugiarto yang menganggap Ibrahim Adjie sebagai ayah sambung sempat menanyakan apaakah Soepardjo sang ayah bersalah atas peristiwa G30S/PKI.
Sugiarto mengaku lega, dijelaskan Ibrahim Adjie bahwa Soeparjo adalah seorang tentara yang profesional. Ia dieksekusi karena melaksanakan tugasnya.(*)
Ещё видео!