Obat Dexamethasone kini tengah viral. Kabarnya, banyak dicari orang. Obat ini diklaim ampuh mengobati pasien Covid-19 yang dalam kondisi kritis. Adalah para tim peneliti dari Universitas Oxford, Inggris yang melakukan penelitian penggunaan Dexamethasone. Dalam uji coba ini, sebanyak 2.104 pasien diberikan Deksametason atau Dexamethasone. Hasilnya cukup positif dibandingkan dengan 4.321 pasien yang tidak menerima obat tersebut.
Menurut tim Oxford University, obat ini cukup ampuh mengurangi risiko kematian sebesar sepertiga untuk pasien yang menggunakan ventilator. Bahkan bagi pasie yang memakai oksigen, bisa mengurangi risiko kematian hingga seperlimanya. Menurut Profesor Peter Horby pemimpin studi University of Oxford, Deksametason satu-satunya obat sejauh ini yang telah terbukti mengurangi angka kematian secara signifikan. Kata Profesor Horby ini terobosan besar.
Apalagi kata dia, Deksametason, bukan obat mahal. Tersedia di toko obat, dan dapat segera digunakan untuk menyelamatkan nyawa di seluruh dunia. Badan kesehatan dunia pun, WHO, telah mengeluarkan rilis, merekomendasikan penggunaan obat t Dexamethasone tersebut.
Lalu bagaimana respon dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia?
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dokter Reisa Broto Asmoro, dalam jumpa pers di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat, 19 Juni 2020, mengatakan obat Dexamethasone, bukan obat mencegah Covid. Atau tidak punya khasiat sebagai obat pencegahan. Jadi, Dexamethasone bukan penangkal Covid-19. Apalagi vaksin.
Dexamethasone sendiri menurut Dokter Reisa adalah obat golongan kortikosteroid. Cara kerja obat ini, bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Jadi sama seperti steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami. Dokter cantik ini juga mengingatkan, jika Dexamethasone yang telah digunakan untuk jangka panjang, tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Penggunaan obat ini harus sesuai saran dokter. Dokter yang akan menurunkan dosis secara bertahap, sebelum menghentikan obat ini.
Meski harganya terjangkau, namun menurut Dokter Reisa, penggunaan ini wajib melalui konsultasi dokter. Ini untuk menghindari efek sampingnya. Jadi, konsultasi dengan dokter sangat penting sebelum menggunakan obat ini. Terutama bagi orang yang memiliki alergi pada makanan, obat, maupun bahan lain yang terkandung didalamnya.
Dokter Reisa juga mengingatkan, bahwa penggunaan obat tersebut tidak boleh sembarangan diberikan kepada siapa saja. Dalam penggunanya, harus melihat faktor usia. Obat ini diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan reaksi pasien tersebut terhadap obat. Sementara terkait rekomendasi WHO atas penggunaan obat Dexamethasone, Dokter Reisa mengatakan,"Obat ini dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kematian sebesar 20 sampai 30% dari kasus-kasus tersebut," katan Dokter Reisa.
Namun Dokter Reisa juga menegaskan, obat Dexamethasone bukan obat untuk kasus-kasus pasien dengan konfirmasi sakit ringan, atau tanpa gejala. Obat ini juga hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, para dokter, dan dilakukan di sarana dengan fasilitas memadai yang siap menangani efek samping yang dapat terjadi.
Dalam hal ini, Dokter Reisa juga mengatakan bahwa Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM akan memantau peredaran Dexamethasone. Kata Dokter Reisa lagi, WHO sampai saat ini belum menentukan obat atau regimen data kombinasi pengobatan yang tetap untuk perawatan pasien Covid-19. Kepada masyarakat, ia juga mengimbau tidak boleh mengobati diri sendiri. Hindari penggunaan antibiotik dengan tidak tepat, karena dapat menyebabkan resistensi terhadap jenis antibiotik yang dikonsumsi tersebut.
"Sekali lagi, belum ada pengobatan Covid-19 sampai saat ini yang dapat mencegah," kata dokter Reisa.
Demikian laporan reporter Koran Jakarta Agus Supriyatna
Ещё видео!