WHO menemukan ratusan anak di berbagai negara menjadi korban obat sirop yang terkontaminasi dengan zat beracun dalam 2 tahun terakhir.
Kasus ini telah diselidiki secara hukum setidaknya di empat negara. Indonesia adalah negara dengan dampak terparah.
Racun tersebut, kata WHO, terkandung dalam obat sirop yang diproduksi setidaknya tiga produsen obat di Indonesia.
Reuters melaporkan ketiga produsen tersebut adalah Afi Farma, CV Samudera Chemical, dan CV Anugerah Perdana Gemilang. Ketiganya dalam proses hukum.
Obat sirop produksi Afi Farma yang berwarna cerah – seperti obat yang diminum Sheena – mengandung etilen glikol (EG), bahan kimia yang biasa digunakan dalam minyak rem.
Menurut dokumen pengadilan, konsentrasi EG dalam obat sirop tersebut mencapai 99%.
Para petinggi Afi Farma melalui pengacaranya, membantah telah memasok bahan-bahan berbahaya tersebut secara sengaja. Mereka juga telah mengajukan banding ke pengadilan.
Pada November lalu, 4 pejabat Afi Farma, termasuk Kepala Eksekutif Arief Prasetya Harahap, dinyatakan bersalah karena melanggar hukum terkait industri farmasi.
Pada bulan yang sama, Kemenkes RI sebut akan berikan kompensasi sebesar Rp50 juta kepada keluarga korban meninggal, dan Rp60 juta kepada keluarga korban selamat, seperti dilansir Reuters.
Kini sekitar 30 keluarga korban bersatu untuk menggugat Kemenkes, Badan POM, Afi Farma, dan dua produsen lainnya. Mereka juga menuntut dana sebesar Rp3,4 miliar untuk setiap anak yang meninggal, dan Rp2,2 miliar untuk korban selamat.
Safitri Puspa Rani, jubir para orang tua yang menggugat mengatakan bahwa mereka belum menerima kompensasi apa pun.
