SITUS MAKAM NDURO,
DESA WATUDANDANG NGANJUK.
Belum banyak sumber & penelitian tentang keberadaan makam yang terletak diDusun Nanggungan, Desa Watudandang, Kec. prambon, kab.Nganjuk. Dilihat dari fisiknya makam ini merupakan makam islam kuno, karena hampir semua makam mengarah ke utara dengan batu nisan yang besar berada disebelah utara.
Menurut cerita para pemerhati spiritual & sesepuh desa, pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1458M, Raja Brawijaya V mengirim utusan ke Adipati Gerindra Wardana diKediri. Utusan tersebut diperintahkan agar Gerindra Wardana tidak menyerang atau mengganggu Majapahit yang sedang dalam kekacauan karena berdirinya Kerajaan Islam Demak dibawah pimpinan Raden Patah.
Utusan tersebut diterima oleh Gerindra wardana tetapi disuruhuntuk tidak kembali ke Majapahit. Dan akhirnya utusan tersebut menetap (menyanggrah dalam bahasa jawa) di utara kediri serta mendirikan kampung atau Desa. Dan desa tempat mereka tinggal ini diberi nama Sanggrahan, sementara itu karena para utusan ini menanggung beban karena diutus oleh Raja Brawijaya V dan tidak boleh kembali ke Majapahit oleh Adipati Gerindra Wardana.
Utusan tersebut menetap di utara kediri, maka utara tempat mereka tinggal (sanggrahan) diberi nama Nanggungan. Pada saat berdiri dan merenungi kembali atau tidak ke Majapahit, salah satu prajurit yang ikut utusan itu berkata "kita butuh makan disini & tempat istirahat". Maka salah seorang prajurit disuruh mencari makan dan tempat yang baik. Karena kelelahan prajurit itu duduk dibawah pohon besar sehingga prajurit tersebut tertidur dan bermimpi didatangi perempuan tua asli daerah tersebut.
Prajurit itu disuruh untuk membuat tempat menanak nasi, karena tidak ada, maka perempuan tua itu membuat tempat menanak nasi dari batu dan diutarakan ke utusan tersebut. Sehingga tempat atau desa untuk menanak nasi tersebut diberinama Watudandang. Rombongan ini akhirnya menetap dan mendirikan tempat untuk berteduh diDesa Watudandang.
Utusan itupun senang dan melupakan tugas yang diberikan oleh Raja Brawijaya V. Kemudian utusan itu berpesan ke seluruh prajurit " jangan sampai kembali ke majapahit", utusan itu berkata jangan berdusta atau dalam bahasa jawa (Dora) ke prajuritnya karena ada yang dari Madura. Kemungkinan nama utusan itu adalah Ki Ageng Dhuro, yang diambil dari kata (Dora) yang berarti tidak.
Atau mungkin utusan itu memang sengaja menyembunyikan nama aslinya dan diberi nama (dhuro) karena dari prajurit pilihan yang asalnya dari Madura. Atau mungkin karena utusan itu adalah salah seorang penggede di Kerajaan Majapahit maka oleh para prajurit & warga sekitar dipanggil ndoro atau dalam bahasa indonesia berarti tuan. Minimnya penelitian dan bukti sejarah membuat keberadaan makam ini masih misterius, sampai sekarang makam ini biasa disebut MAKAM NDURO.
sumber.Juru Pelihara #MakamNduro
Ещё видео!