TRIBUN-VIDEO.COM - Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mengakui harus memutar otak untuk mengisi lagi senjata yang habis.
Hal ini sebagai akibat memberikan bantuan senjata secara terus menerus ke Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memberikan penjelasan.
Ia menerangkan, sebanyak 10.000 peluru artileri yang dipasok ke Kiev telah menguras stok Barat.
Akibatnya, Barat membuka lubang rantai pasokan.
Hal ini karena Beberapa negara akan kehabisan amunisi dalam beberapa hari.
“Sebanyak 10.000 peluru artileri yang dipasok ke Kiev telah menguras persediaan Barat dan membuka lubang rantai pasokan. Beberapa negara akan kehabisan amunisi dalam beberapa hari," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Bantuan senjata Barat mulanya dimaksudkan untuk mendorong Ukraina agar selangkah lebih maju dalam menghadapi gempuran Rusia.
Namun, belakangan ini, bantuan tersebut justru memicu masalah baru bagi para pemasokanya yakni anggota NATO.
Banyak dari mereka mulai merasakan krisis senjata usai membantu Ukraina.
Mereka terlanjur mengirim ribuan alutsista seperti tank, peluru, dan rudal.
Dalam pertemuan yang digelar pada awal pekan kemarin, Sekretaris Jenderal NATO menjelaskan krisis Barat.
Ia mengatakan, krisis senjata yang dialami Barat mulai terjadi sejak presiden Ukraina Zelensky menggenjot impor amunisi berkali-kali lipat lebih tinggi pada para produsen senjata Barat.
Sayangnya permintaan tersebut berbanding terbalik dengan tingkat produksi.
Hingga sejumlah negara Barat kesulitan dalam meningkatkan target persediaan senjata.
Terkait hal ini, pejabat senior pemerintah dari kekuatan militer utama Eropa angkat bicara.
Ia mengaku khawatir banyaknya amunisi yang tidak dapat diproduksi dalam waktu dekat.
“Itu adalah sesuatu yang kita semua ketahui, namun tidak tahu harus berbuat apa," katanya.
Keluhan serupa juga dilontarkan Amerika Serikat selaku pemasok senjata terbesar sekaligus eksportir alutsista terbesar di dunia.
Diumumkan, para pejabat Gedung Putih mengaku kesulitan untuk memulihkan stok persenjataan militernya usai membantu Kyiv.
Tak diketahui angka pasti terkait berapa sisa senjata yang saat ini dimiliki masing-masing negara Barat di gudang senjata mereka.
Namun sebelum invasi Rusia menyerang Ukraina, banyak negara NATO yang sebenarnya telah gagal memenuhi target penimbunan senjata aliansi.
Puluhan negara Barat nekat berbondong – bondong mengirimkan senjata canggih untuk militer Kiev di medan perang.
Hal ini dilakukan demi menggenjot pasokan amunisi yang lebih tinggi untuk kemenangan Ukraina.
Sejauh ini, beragam cara kini mulai ditempuh para anggota NATO untuk memulihkan cadangan senjatanya.
Diantaranya dengan memperbarui target pembelanjaan pertahanan untuk menggenjot percepatan produksi.
Sejumlah negara Barat telah menyepakati kenaikkan anggaran pembelanjaan di sektor pertahanan.
Yakni sebesar 2 persen dari PDB masing-masing anggota negara NATO.
Sejumlah sekutu NATO seperti AS, Prancis, dan Jerman saat ini diketahui tengah fokus menggelar kesepakatan baru dengan para produsen amunisi.
Hal tersebut untuk meningkatkan target persediaan senjata.
Meski cara ini tak dapat meningkatkan pasokan senjata Barat dalam waktu dekat.
Meski demikian, sederet langkah tersebut diklaim dapat memulihkan stok senjata di gudang Eropa.
(Tribun-Video.com/ Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Terlalu Bersemangat Pasok Ribuan Arteri Perang ke Ukraina, NATO Pening Stok Senjata Menipis, [ Ссылка ].
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
HOST: BIMA MAULANA
VP: YOHANES ANTON
#beritaterbaru #beritaterkini #beritaviral #live #breakingnews
Ещё видео!