Keberagaman adat istiadat di negeri ini begitu beragam dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai ke Rote. Salah satu Suku yang saat ini masih mempertahakan adat istiadatnya adalah Suku Boti. Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli Pulau Timor, Atoni Meto. Lokasinya sekitar 40 km dari Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Suku ini telah menjadi Desa Boti Kecamatan Kie. Namun letaknya sulit dicapai karena berada di tengah pegunungan, Desa Boti seakan tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman.
Suku Boti punya kalender unik yang berbeda dari kalender biasa. Mereka percaya dalam seminggu ada 9 hari, dengan filosofinya masing-masing:
1. Neon Ai (Hari Api). Hari yang dimaknai sebagai hari yang baik, terang dan cerah. Namun perlu berhati-hati dengan penggunaan api, sebab jika tidak dapat mendatangkan malapetaka berupa kebakaran.
2. Neon Oe (Hari Air). Aktivitas lebih berorientasi pada air. Dalam artian harus menggunakan air secara bertanggung jawab dan pada hari ini peran dewa air (Uis Oe) sangat besar sehingga perlu juga diwaspadai.
3. Neon Besi (Hari Besi). Hari yang dikeramatkan bagi barang-barang yang berbau besi. Jadi harus hati-hati dalam menggunakan benda-benda tajam seperti pisau, parang, tombak dan pedang.
4. Neon Uis Pah ma Uis Neno (Hari Dewa Bumi dan Dewa Langit). Hari ini merupakan hari yang diperuntukan bagi semua makhluk hidup untuk memuliakan Pencipta dan Pemelihara hidup serta pemangku dan pemberi kesuburan. (Amoet Apakaet, Afafat ma Amnaifat; Manikin ma Oe, tene he Namlia ma Nasbeb).
5. Neon Suli (Hari Perselisihan). Hari yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi dalam komunitas. Berhati-hati pula dalam berinteraksi sosial dengan sesama karena peluang besar untuk terjadi perselisihan.
6. Neon Masikat (Hari Berebutan) Hari ini merupakan kesempatan bagi warga untuk memanfaatkannya secara efisien dan efektif dalam berkomunikasi dan beraktivitas baik dengan sesama maupun lingkungan alam. Hari ini juga merupakan kesempatan untuk meraih sukses dalam hidup.
7. Neno Naek (Hari Besar). Hari besar, yang penuh nuansa kasih persaudaraan, sehingga perlu dijauhi kecenderungan terjadinya sengketa baik dalam keluarga maupun dengan sesama tetangga atau dalam komunitas yang lebih luas lagi.
8. Neon Liana (Hari Anak-anak). Hari yang disediakan bagi anak-anak untuk dapat mengekspresikan kebahagiaan lewat bermain dan aktivitas lainnya yang bernuansa gembira. Orang tua tidak boleh membatasi atau melarang anak-anak dalam beraktivitas.
9. Neon Tokos (Hari Istirahat). Hari yang tenang dan teduh, sebab di balik keheningan orang Boti dapat merefleksikan hidupnya, sejauh mana hubungan dengan sesama, alam dan teristimewa sang pencipta dan pemelihara hidup. Juga dijadikan momen untuk mensyukuri setiap berkat yang diperoleh selama sepekan.
Seluruh hari-hari tersebut menyatu dengan kehidupan mereka. Prinsip hidup masyarakat yang tidak serakah dan mandiri, tidak merusak alam membuat mereka apa adanya menghadapi hidup. Mereka merasa kaya, karena apa yang dimiliki mereka telah cukup, dengan alam yang mereka miliki dan di bumi yang mereka pijak. Persepsi mereka kepada alam dengan sakral dan kehidupan mereka yang mandiri membuat mereka tertib dan teratur, dan mereka bahagia dengan apa yang ada. Kebahagiaan mereka atas hidup dengan alam yang berada di sekitar mereka tidak menggunakan standar umum. Bahagia dan derita hanyalah karma yang diterima atas hidup yang dijalankan mereka.
Kemandirian, kerja keras dan selalu bersyukur dijiwai dan dipertahankan, sehingga masyarakat tidak mau menerima pemberian yang sifatnya mengikat misalnya bantuan untuk membangun rumah, pengembangan wisata budaya, alasannya mereka tidak ingin bantuan tersebut secara tidak langsung berdampak buruk pada generasi mereka yang mungkin akan merasa malas dan hanya berharap bantuan selanjutnya.
Hal unik lainnya adalah aturan adat menyelesaikan persoalan dengan bijak dan manusiawi. Contoh jika ada orang yang mencuri hasil bumi atau ternak milik masyarakat adat suku Boti dan tertangkap maka akan dibina dengan cara membantu si maling tersebut, misal si maling mencuri kerbau maka semua keluarga suku Boti yang saat ini berjumlah 76 KK tersebut akan bergotong royong membeli kerbau dan diberikan kepada si maling tersebut untuk dipelihara dan menjadi miliknya selamanya, suku Boti menganggap bahwa orang tersebut mencuri karena dia kekurangan dan layak untuk dibantu. Contoh lain yang pernah terjadi adalah maling yang mencuri hasil bumi berupa pisang, begitu tertangkap suku Boti menyadarkannya dengan menanam anakan pisang di kebun si maling dan si maling merawat pisang tersebut dengan baik bahkan kini telah menjadi juragan dan supplier pisang.
Meskipun Suku Boti menyelesaikan persoalan dengan cara demikian, mereka tau benar-benar maling yang kekurangan dan maling yang memanfaatkan kesempatan, sehingga "pembinaan" maling ala suku Boti ini akan menjadi baik, tepat, sangat bijak dan manusiawi.
Ещё видео!