TARI GLIPANG
Probolinggo - Hampir setiap daerah di tanah air memiliki tarian khas. Salah satunya Tari Glipang dari Probolinggo Jawa Timur. Tarian ini merupakan satu-satunya tarian khas Probolinggo. Mayoritas masyarakat Kabupaten Probolinggo mengenal tarian tersebut. Seperti apa sejarah Tari Glipang?
Informasi yang dihimpun Times Indonesia, tari Glipang adalah sebuah tari rakyat yang tidak jauh beda dengan tari Remo. Sebuah tari khas daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari kesenian Ludruk.
BACA JUGA:
Bella Bonita Istri Denny Caknan Ternyata Punya Bakat Terpendam Selain Modeling tapi Bukan Menyanyi
Parmo (66) cucu dari pencipta Tari Glipang mengatakan, bahwa Tari Glipang berasal dari kebiasaan masyarakat.
Kebiasaan yang sudah turun-temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi. Dia menjelaskan, Glipang bukanlah nama sebenarnya tarian tersebut.
"Awalnya, nama tari tersebut adalah "Gholiban" berasal dari Bahasa Arab, yang artinya kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaan tersebut akhirnya sampai sekarang menjadi tradisi," kata Parmo, asal warga Pendil Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo.
Parmo menceritakan, yang hingga kini disebut sebagai pencipta Tari Glipang. Tari Glipang (Gholiban) tersebut dibawa oleh kakek buyutnya yang bernama Seno, atau lebih dikenal Sari Truno dari Desa Omben Kabupaten Sampang Madura. Sari Truno membawa topeng Madura tersebut untuk menerapkan di Desa Pendil.
Sari Truno kemudian mewariskan kebiasaan tersebut kepada putrinya yang bernama Asia atau yang biasa dipanggil Bu Karto. Parmo yang saat itu masih berusia 9 tahun mencoba ikut menekuninya.
"Ternyata masyarakat Desa Pendil sangat agamis.Masyarakat menolak adanya topeng Madura tersebut. Karena didalamnya terdapat alat musik gamelan. Sehingga kakek saya merubahnya menjadi Raudlah yang artinya olahraga," lanjut Parmo.
Dalam tarian Glipang, mempunyai tiga gerakan. Tiap-tiap gerakan tarian tersebut mempunyai makna dan cerita pada saat diciptakan.
Pertama, tari olah keprajuritan atau yang biasa disebut dengan Tari Kiprah Glipang. Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan ketidakpuasan Sari Truno kepada para penjajah Belanda.
Dari rasa ketidakpuasan tersebut akhirnya menimbulkan nafas besar. Tari Kiprah Glipang ini sudah terkenal secara internasional dan sudah mendapatkan beberapa piagam perhargaan.
Tari Kiprah Glipang yang telah diciptakan oleh Sari Truno benar-benar serasi dan sejiwa dengan pribadi penciptanya.
Jiwa Sari Truno yang sering bergolak melawan prajurit-prajurit Belanda pada waktu itu diekspresikan melalui bentuk tari ini.
Advertisement
Kedua, Tari Papakan yang mempunyai makna bertemunya seseorang setelah lama berpisah.
"Waktu itu digambarkan bertemunya Anjasmara dengan Damarwulan. Dimana waktu itu Damarwulan diutus untuk membunuh Minakjinggo. Akhirnya Damarwulan berhasil dengan dibantu oleh 2 istri Minakjinggo. Tapi sebelum bertemu Anjasmara, Damarwulan diadang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir di Daerah Besuki," jelas Parmo.
Ketiga, Tari Baris yang menggambarkan para prajurit Majapahit yang berbaris ingin tahu daerah Jawa Timur.
"Waktu itu prajurit Majapahit tersebut berbaris di daerah Jabung untuk mengetahui daerah Jawa Timur. Awalnya tari ini berawal dari badut, lawak, dan kemudian berubah menjadi cerita rakyat," terang Parmo.
Tari Kiprah Glipang pernah menjadi 10 besar tingkat nasional tahun 1995. Selain itu, juga pernah datang ke Istana Presiden di Jakarta sebanyak 5 kali di antaranya waktu menyambut kedatangan Presiden Kamboja dan Presiden Pakistan.
"Saya juga pernah diundang ke Jakarta waktu peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-39," tambah Parmo.
Menurutnya, yang menjadi latar belakang dirinya tetap eksis di Tari Glipang diantaranya ingin melestarikan budaya yang dibawa oleh kakek buyutnya Sari Truno.
Selain itu, kakeknya membawa topeng Madura tersebut dari Madura hanya dengan naik ikan Mongseng. Parmo juga ingin mengembangkan Tari Glipang yang merupakan warisan kakek buyutnya itu, kepada generasi muda terutama yang ada di Kabupaten Probolinggo.
[ Ссылка ]
Ещё видео!