#stasiun #garut #keretaapi #KAI
Priangan, kata itu melekat kuat di benak masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Barat. Wilayah di Priangan kala itu meliputi Bandung, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Garut. Dalam adimistrasi wilayah Pemerintahan Hindia Belanda, Priangan merupakan sebuah karisidenan yang dijuluki Europa in de Tropen karena keindahannya, salah satunya Garut.
Garut sejak dahulu merupakan salah satu daerah wisata yang banyak dikunjungi para wisatawan. Bahkan kesohor hingga ke negara-negara di Eropa. Obyek-obyek wisata di Garut antara lain obyek pegunungan Cikuray, Sadakeling, Papandayan, Guntur, Haruman, dan Kaledong. Hamparan tanah pertanian masyarakat yang subur, serta perkebunan dengan berbagai tanaman seperti kopi, teh dan beberapa tanaman perkebunan lainnya. Maka tidak heran jika Pemerintahan kolonial Hindia Belanda saat itu membangun jaringan transportasi kereta api untuk menjangkau wilayah tersebut dan menghidupkan industri pariwisata di kawasan itu.
Untuk menjangkau keindahan alam wilayah Garut dengan segala potensi sumber daya alam yang ada di dalamnya, Pemerintah Hindia Belanda saat itu membangun jalur kereta api karena jalur transportasi darat masih mengalami kendala karena terbatasnya akses jalan, lintasan yang menanjak, berkelok sehingga moda kendaraan ‘pedati’ yang ditarik kuda - yang digunakan saat itu mengalami kesulitan dan memakan waktu tempuh yang lama.
Staatssporwegen (SS), sebuah perusahaan jawatan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, sejak tahun 1887 telah mulai membangun jaringan kereta api menuju Garut. Pembangunan jalur kereta api dimulai dari Cicalengka (sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Priangan-Cilacap).
Sebelumnya, telah dirampungkan pembangunan jalur kereta api Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka pada tahun 1884 dan berikutnya pembangunan jalur kereta api Cicalengka – Garut (1887) sepanjang 51 KM jalur yang saat itu peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda secara besar-besaran. Selanjutnya, pada tahun 1921 pembangunan jalur kereta api dilanjutkan hingga sampai ke Cikajang.
Dalam berita koran yang beredar di Eropa kala itu, dikisahkan seorang pelancong Eropa, H.M. Tomlinson mengisahkan perjalanannya ke Garut menggunakan kereta api dari Batavia (Jakarta). Berangkat dari Stasiun Kereta Api Kemayoran menuju Stasiun Cibatu, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan kereta api tujuan Stasiun Garut. Pelancong tersebut dalam kisahnya menceritakan pengalaman yang tak terlupakan selama perjalanan dari Batavia menuju Garut. Ia melihat beragam pemandangan pegunungan, lembah, serta keasyikan merasakan naik kereta api melintasi jembatan serta terowongan yang tinggi dan panjang. Benar-benar mengasyikan.
Komedian asal Inggris, Charlie Chaplin juga pernah pelesiran ke Garut. Kedatangan Charlie Chaplin ke Garut dikabarkan koran Het Niews van den Dag voor Nederland Indie yang terbit pada 29 Maret 1932. Koran tersebut menulis: Chaplin pada tanggal 30 Maret 1932 tiba di Garut menggunakan kereta api. Pengalaman perjalanan menuju Garut dikisahkan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, yang membuat Chaplin terinspirasi dengan ide-ide segar untuk film komedinya. Selepas dari Garut, Chaplin dikabarkan melanjutkan perjalanannya menuju Bali.
Sejak tahun 1983, lintasan kereta api Cibatu-Garut sepanjang 19 kilometer dengan durasi perjalanan kereta api dengan waktu tempuh sekitar 50 menit kala itu dinonaktifkan karena masyarakat banyak yang beralih ke moda transportasi darat seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, bus, truk dll. Namun rel, jembatan kereta api, serta bangunan penunjangnya masih ada. Hingga akhirnya Pemerintahan Presiden Jokowi melalui Kementerian Perhubungan melakukan reaktivasi jalur kereta api Cibatu – Garut.
Reaktivasi lintas Cibatu - Garut sepanjang 19,063 km ini dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan (RT/RWN, RIPN 2030) dan didukung oleh Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 50 Tahun 2020 tentang Penugasan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian Umum Lintas Cibatu – Garut.
Disamping itu, reaktivasi jalur ini sudah dirasa perlu untuk segera dioperasikan guna mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) Garut. Oleh sebab itu, saat pengoperasiannya konektivitas intermoda dari dan ke stasiun-stasiun KA Cibatu-Cikajang menjadi salah satu hal penting yang akan diperhatikan untuk mengoptimalkan potensi pariwisata di kawasan tersebut.
Terkait dengan operasional kereta api Cibatu – Garut bahwa pembangunan kembali jalur kereta api ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata daerahnya.
AFTER 40 YEARS, STASIUN GARUT AKTIF KEMBALI
Теги
pelayananstasiunkeretakeretaapifrontlinerwajahbersihramahpedulisenyumsapasopansantunsalamsemangatsiapmelayanipelangganpenumpangcustomertraveltravellinglintasperonsecuritysatuanpengamanansatpamtampanrestaurantmakanminummakananminumanairpromosikomunikasingobrolpenampilanperformancepelayantrasnportasisehatjasmaniprofesionalolahragakuatcommuterspiritsejarahcagarbudayabelandarooftoppelabuhanstadiongarutindahnyamanamanwisatapasarsenencikuray