Full Video ngidih dedik & Eka Denpasar - Karangasem / Balinese traditional wedding procession (1 October 2019)
Sekilas upacara ang di lakukan:
MENETUKAN HARI BAIK
Warga yang akan melakukan upacara pernikahan ini memilih hari baik sesuai dengan kalender Hindu, hari baik dipilih mulai dari calon mempelai pria datang untuk nyedek (memberitahukan) dan hari melangsungkan pernikahan sesuai hari yang disepakati oleh kedua belah pihak keluarga. Pemilihan hari baik diyakini akan mempengaruhi kelancaran melakukan upacara tersebut dan juga kehidupan mereka sebagai suami istri saat berumah tangga nantinya.
NGEKEB
Dalam pernikahan tradisional adat Bali, proses upacara ngekeb adalah untuk mempersiapkan calon pengantin wanita, seperti melakukan luluran pada tubuh dari bahan-bahan seperti kunyit beras, kenangan dan daun merak yang sudah ditumbuk halus. Persiapan ini untuk menyambut datangnya calon pengantin pria esok harinya. Setelah masuk kamar, calon pengantin wanita tidak boleh keluar kamar lagi sampai calon mempelai pria dan keluarganya datang untuk menjemput. Upacara Ngekeb ini bertujuan selain untuk mempersiapkan mental calon pengantin dan berdoa kepada kepada Ida Sang Hyang Widi agar dianugrahkan kebahagiaan lahir dan batin.
PENJEMPUTAN CALON MEMPELAI WANITA
Seperti tradisi upacara pernikahan adat yang biasa dan lazim dilakukan di kediaman keluarga laki-laki, sehingga pihak keluarga mempelai pria menjemput calon dari mempelai calon wanita. Saat penjemputan, calon mempelai wanita sudah siap dengan menggunakan pakaian tradisional adat Bali diselimuti kain kuning tipis dari ujung rambut sampai ujung kaki, kain tersebut dikenakan mengandung filosofi kalau calon mempelai ini sudah siap untuk meninggalkan masa lajangnya, mengubur masa lalunya untuk proses menyongsong kehidupan baru, yaitu kehidupan berumah tangga.
MADENGEN - DENGENAN (mekala-kalaan)
Dalam upacara adat pernikahan di Bali, prosesi ini akan dipimpin oleh seorang pemimpin agama seperti pendeta ataupun pemangku adat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing daerah, upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri kedua mempelai disertai dengan sejumlah prosesi seperti Menyentuhkan Kaki pada Kala Sepetan, Jual Beli antara mempelai wanita dan pria, Menusuk Tikeh Dadakan yang dilakukan oleh mempelai pria sebagai simbol kekuatan Lingga dan Yoni dan terakhir Memutuskan Benang yang terentang pada batang pohon dadap yang menganalogikan kedua mempelai siap memasuki dunia baru dengan kehidupan berkeluarga.
Upacara Mejauman (Ma Pejati)
Ini adalah prosesi terahkir dalam upacara adat pernikahan di Bali, pada saat ini identik juga dengan “ngabe tipat bantal” atau membawa tipat bantal beberapa daerah menyebutnya sebagai upacara “meserah”. Saat ini wanita yang mengikuti sang suami datang kembali ke keluarga wanita didampingi oleh keluarga besar, kerabat dan tetangga dari keluarga pria. Melakukan upacara mepamit di sanggah pekarangan ataupun merajan, mepamit (mohon ijin meninggalkan) secara niskala kepada leluhur keluarga wanita. Pada saat tersebut kedatangan keluarga pria membawa juga panganan tradisional yang utama adalah tipat dan bantal sebagai simbol kekuatan Lingga dan Yoni atau purusa pradana berikut panganan lainnya seperti ketan kukus merah dan putih, sumping, apem dan lainnya.
Di atas adalah prosesi pernikahan tradisional adat Bali yang semestinya dilakukan oleh keluarga calon mempelai pria dan wanita, namun dalam perkembangan jaman yang semakin berubah ataupun dengan pengaruh adat dan budaya ataupun berkaitan dengan desa (tempat), kala (waktu), patra (keadaan) ada beberapa hal terkadang tidak dilakukan seperti prosesi Ngekeb, menggendong calon mempelai wanita dan mungkah lawang. Namun prosesi lainnya tetap dilakukan.
Ещё видео!