Assalamualaikum, jumpa lagi dengan @ Man7deg channel yang saat ini ada di Candi Abang
Mitos Candi Abang
Masyarakat setempat masih ada yang mempercayai, Candi Abang dijaga seorang tokoh yang dituakan dan dihormati. Ia bernama KYAI JAGAL, yang memiliki badan besar dan berambut panjang.
Kyai Jagal merupakan pelindung dari segala kerusakan. Pada zaman Jepang, penduduk sering berlindung di candi tersebut, karena ada kepercayaan. Kyai Jagal akan melindungi mereka. Kepercayaan akan Kyai Jagal sangat besar. Sehingga, ada kisah tentang SEBONGKAH EMAS sebesar anak kerbau yang dipercaya ada di dalam tubuh Candi Abang, tetap tinggal cerita dan tidak ada seorang pun berani membuktikannya.
Lepas dari semua cerita, setiap tempat (salah satunya candi) memiliki kisahnya sendiri diantara warga masyarakat. Semisal Candi Abang selalu dikaitkan dengan kisah harta karun yang terpedam, atau beberapa kisah tentang TEMPAT MENCARI PESUGIHAN. Ada kisah-kisah mistis yang warga lokal pernah ceritakan pada saya tentang Candi Abang, misalnya kenapa di atas gundukan Candi Abang tidak ada tanaman besar yang tumbuh? Kenapa hanya rumput? Karena jika kalian mempelajari History of Java milik Raffles, beberapa candi bahkan ditemukan dalam kondisi “dicengkeram” oleh akar-akar tanaman besar. Lalu kenapa di Candi Abang malah tidak ada tanaman yang “mencengkeramnya”?
Ada juga cerita warga lokal, saat-saat tertentu apabila diatas candi ada awan maka awan itu akan berwarna merah, dan tidak semua orang akan melihat hanya orang orang yang dikehendaki saja yang bisa melihatnya.
Apapun kisah dibaliknya, satu yang tak boleh kita lupakan, bahwa tempat ini pernah menjadi salah satu pusat peradaban leluhur kita.
Beberapa orang menganggap Candi Abang merupakan tempat penyimpanan harta karun pada zaman dahulu kala, karena itu sering dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga.
Situs Candi Abang terletak di puncak bukit berukuran tinggi 6 m dan diameter 40 m, di dusun Blambangan, Kalurahan Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman. Candi ini berada pada koordinat UTM 49 X : 0441409 dan Y : 9136606. Penamaan Candi Abang oleh masyarakat, karena bahan penyusun candi tersebut menggunakan batu bata yang berwarna merah ( merah dalam bahasa Jawa disebut “abang”). Penggunaan batu bata sebagai material penyusun candi, menjadi keunikan bagi Candi Abang dibandingkan dengan candi-candi lainnya. Pada umumnya candi-candi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan batu andesit sebagai material penyusunnya. Data tentang situs Candi Abang sempat disebutkan oleh Ijzerman dalam Beschrijving der Oudheden nabij de grens der residenties Soerakarta en Djogdjakarta (1891). Ijzerman menuliskan jika candi ini dibangun dari batu bata yang keras. Saat Ijzerman berkunjung, candi Abang hanya tersisa tumpukan puing-puing dan lantai bekas ruangan saja.
Sementara Rapporten Van Den Oudheidkundigen Dienst (ROD) in Nederlandsch-Indie (1915) juga menyebutkan bahwa candi ini telah runtuh dan menjadi puing-puing. Saat itu tidak ada temuan di atasnya. Tulisan NJ.Krom dalam Inleiding Tot De Hindoe-Javaansche Kunst (1920) menyebutkan bahwa Candi Abang memang telah runtuh. Candi Abang dalam catatan ini disebutkan sebagai salah satu peninggalan masa Hindu-Buddha yang berada di dataran Saragedug.
Penempatan bangunan candi di atas bukit, ada hubungannya dengan kepercayaan masyarakat pada masa Hindu-Buddha. Pada masa itu terdapat kepercayaan bahwa tempat yang tinggi dianggap sebagai tempat yang suci (tempat tinggalnya dewa-dewi)
Di situs Candi Abang juga pernah ditemukan sebuah prasasti pada tahun 1932. Menurut Rita Margaretha, prasasti tersebut berisi tentang pertanggalan dengan angka tahun 794 Saka atau 872 Masehi. Namun pertanggalan tersebut belum dapat dipakai sebagai pertanggalan tahun pendirian Candi Abang.
Data arkeologis lain diperoleh dari hasil testpit (ekskavasi), yaitu ditemukannya sisa-sisa struktur bangunan candi yang dibuat dari bahan batu bata. Terungkap juga bahwa Candi Abang terdiri dari satu bangunan, dengan satu halaman yang diperkirakan berukuran panjang 65 m dan lebar 64 m. Saat ini situs Candi Abang hanya tinggal gundukan tanah yang ditumbuhi rumput dan sebagian masih terlihat susunan batu candi yang terbuat dari batu bata.
Candi Abang, Piramida Pelindung Warga
Di lokasi candi tersebut ditemukan yoni, sebagai penanda bahwa candi tersebut merupakan peninggalan agama Hindu. Yoni yang ada di candi tersebut berbentuk heksagon atau segi delapan dengan setiap sisinya berukuran 15 cm.
Beberapa kegiatan ekskavasi penyelamatan yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada rentang tahun 2017-2018 menunjukkan perkiraan bentuk dan denah luasan bangunan. Bangunan Candi Abang berbentuk stupa. Hal ini memperkuat interpretasi bahwa Candi Abang adalah tempat ibadah bagi umat Buddha pada masa Mataram Kuno.
Ещё видео!