Kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat sejatinya merupakan salah satu destinasi wisata Kabupaten Sikka. Eksotisme kampung Wuring terlihat dari pemukiman tradisional mayoritas nelayan suku Bajo, yang mendirikan rumah-rumah mereka di atas laut, dengan tiang-tiang kayu setinggi 2–3 meter dan berdinding bambu belah (halar) atau kayu.
Namun sayangnya, hal ini tidak didukung oleh perilaku warga kampung berpopulasi sekitar empat ribu orang ini. Sampah menjadi sebuah persoalan. Tak ada bak sampah, baik di darat maupun depan rumah panggung. Warga membuang sampah ke kolong-kolong rumah panggung miliknya yang digenangi air laut saat laut pasang.
Posisi geografis Kampung Wuring yang berada di dalam teluk pun turut mendorong sampah yang dibuang ke laut ikut terbawa arus laut ke daerah ini.
Pemukiman masyarakat yang berasal dari Suku Bajo ini tak lepas dari kondisi geografis dan lingkungan alam yang dilatarbelakangi oleh profesi mayoritas warganya sebagai nelayan atau pelaut. Aktivitas nelayan ini memiliki daya tarik tersendiri dan khas bagi pesisir Kampung Wuring yang sangat tergantung pada hasil laut.
Tak jauh dari perkampungan Wuring, terdapat juga sebuah pelabuhan rakyat (PELRA). Di lokasi ini, ratusan perahu nelayan berlabuh melakukan aktivitas bongkar muat.
Warga Kampung Wuring mayoritas beragama Islam. Tak heran, dua masjid besar berdiri kampung ini. Masjid Ar-Rahmat dibangun persis di tengah perkampungan, sedangkan masjid An-Nur dikenal dengan masjid terapung karena dibangun di tengah laut.
Penulis : Amar Ola Keda
Ещё видео!